Tuesday, May 19, 2009

budidaya pisang

Budidaya Pertanian


P I S A N G
( Musa spp )

P I S A N G
1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa spp.

Jenis pisang dibagi menjadi:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis.
Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis.
Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia.

Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia.

Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.
5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1.


Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
2. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
5.2. Media Tanam

1.


Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
2. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).

1. Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.

2. Penyiapan Benih
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.

3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1. Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.

2. Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.

3. Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.

6.3. Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.

2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.

3. Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15– 20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.


6.4. Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.

2. Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.

3. Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.

4. Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium.

Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).

5. Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.

6. Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

7. Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1.


Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong.
Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak.
Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah.
Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit

1.


Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam.
Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.
Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
2. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas.
Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4. Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman layu dan mati.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5. Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk.
Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:

1.
Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2. Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
3. Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. P A N E N

8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah.

Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCA PANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
a) Tahun ke-1
Rp. 5.338.000,-
b) Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
c) Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
d) Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-

2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
a) Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan
Rp. 6.000.000,-
b) Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
c) Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
d) Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-

3) Keuntungan
a) Keuntungan selama 4 tahun penanaman
Rp. 23.363.700,-
b) Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-

4) Parameter Kelayakan Usaha
a) Output/Input rasio
= 2,150

Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.

Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.

Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan.
11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a)
Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas

Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:

a)
Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5
c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5

Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :

a)
Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumlah keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
11.5 Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
12. DAFTAR PUSTAKA

1. Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
2. Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru. Bandung.
3. Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series. Longman Scientific ang Technical. New York.
4. Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik. Trubus no. 341.
5. http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

jambu mente

Budidaya Pertanian
<< Kembali

JAMBU METE
( Anacardium occidentale L. )


1. SEJARAH SINGKAT
Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia.

Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
2. JENIS TANAMAN
Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.

Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku.

Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar.
4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).
5. SYARAT PETUMBUHAN

5.1. Iklim

1)


Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.
2)
Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan maksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.
3) Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban nisbi antara 70-80%. Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat bertoleransi pada tingkat kelembaban 60-70%.
4) Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga karena serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.
5) Daerah yang paling sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm).
5.2. Media Tanam
1. Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.
2. Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi masih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.
5.3. Ketinggian Tempat

Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.
6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan.
Biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji mete untuk benih adalah :
a) Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.
b) Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.
c) Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.
d) Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.
e)
Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
f) Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.
g) Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu mete dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam jambu mete adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
2) Pembukaan Lahan Tanam

Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari dan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim hujan. Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.
3) Pemupukan

Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pada budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap satu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jarak tanam dapat dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tanaman yang dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan pada umur 6-10 tahun.

Untuk efisiensi lahan, dapat diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Sebagai contoh adalah tanaman palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete yang berasal dari pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, bila jarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat diterapkan di
lahan datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Cara membuat lubang tanam:
a) Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat, ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapat lapisan cadas, harus ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna dan terhindar dari genangan air.
b) Pada waktu penggalian lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arah Utara dan Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.
c) Lubang tanam dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang, tanah lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yang telah bercampur dengan pupuk kandang ± 1 pikul.
d) Di lubang tanam yang telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudah ditemukan kembali.
3) Cara Penanaman


Penanaman dapat dilakukan 4–6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a)
Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.
b)
Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dan sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusak sebaiknya dipotong.
c)
Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu diberi penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.
6.4. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setalah tanaman berumur 2-3 tahun. Apabila tanaman berumur = 3 tahun maka pertumbuhan tanaman sulaman umumnya kurang baik atau akan terhambat.
3. Penyiangan dan Penggemburan
Bibit jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam. Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan.
4. Pemupukan
Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit melingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (± 20 kg). Pupuk dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan pupuk buatan.
5. Pemangkasan
Cara pemangkasan tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:
a) Tunas-tunas samping pada bibit terus-menerus dipangkas sampai tinggi cabang mencapai 1-1,5 m dari tanah.
b) Pilih 3 - 5 cabang sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .
c) Pemangkasan ini dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berbuah.
6. Penjarangan
Penjarangan dilakukan bertahap pada saat tajuk tanaman saling menutupi. Apabila jarak tanaman 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka tajuk tanaman diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada saat itu penjarangan mulai dilakukan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun, nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulat perusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram/liter air.
1. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Pada tanaman terlihat kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam bercakbercak putih, kepala dan ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya ditumbuhirambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu, fase kepompong 3-5 minggu.
Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan yang hebat, daun dapat habis sama sekali, tetapi tanaman
tidak mati; tanaman tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18 bulan.
Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan dosis 1,0 - 1,5 ml/liter air.
2.
Helopeltis sp.
Tubuh imago berwarna hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawah berwarna putih.
Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapat bercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera mengering dan diikuti dengan gugurnya daun.
Pengendalian: (1) melalui teknik bercocok tanam, misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh; (2) dengan
insektisida Agroline dengan dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.
3. Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)
Gejala: mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daun akan gugur/rontok dan tanaman dapat mati.
Pengendalian: (1) dengan menangkap ulat penggerek tersebut; (2) dengan mengolesi sekitar permukaan batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).
4. Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)
Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang buah tua isinya belum penuh.
Pengendalian:belum didapatkan cara yang tepat, sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hama dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan menggunakan Karbaril 0,15%.
7.2. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakit bunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan Fungisida Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
1. Penyakit Layu
Penyakit ini muncul bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.
Penyebab:jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp.
Gejala:bila tiba-tiba tanaman menjadi layu.
Pengendalian: (1) dengan memperbaiki lingkungan pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air dan mengurangi naungan yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M 45 secara teratur dan terencana.
2.
Daun Layu dan Kering
Penyebab: bakteri Phytophthora solanacearum.
Gejala: secara mencolok daun-daun berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabang meranggas dan tanaman akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yang terserang di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk.
Pengendalian: tanaman yang terserang penyakit ini harus dibongkar sampai ke akar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke tanaman lain; pencegahan harus secara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian harus bebas dari kontaminasi bakteri dan karantina tanaman dilakukan secara konsekuen.
3. Bunga dan Buah Busuk
(1)Penyebab:Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp.
Gejala:kulit buah hitam dan busuk.
(2)Penyebab:Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp, Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp.
Gejala:permukaan kulit buah & kulit biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk.
(3)Penyebab:Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp.
Gejala:kulit biji busuk dan hitam.
Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2) untuk memberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah Dithane M- 45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
8. P A N E N

8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:
a) Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.
b) Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.
c) Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma buahnya mirip aroma stroberi.
d) Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.
Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan November sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang
mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.
8.2. Cara Panen
Sampai saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambu mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.
a)
Cara lelesan
Dilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon dan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang tua berjatuhan.
b)
Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu dengan galah dan tangga berkaki tiga.
8.3. Perkiraan Produksi
Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada umur 25-30 tahun.
9. PASCA PANEN

9.1. Pengumpulan
Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebut antara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya varietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia menyebabkan mutu mete yang dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukuran gelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.
9.2. Pengolahan Gelondong Mete
Pengolahan gelondong mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:
a) Pemisahan gelondong dengan buah semu
b) Pencucian
c) Sortasi dan pengelasan mutu
d) Pengeringan
e) Penyimpanan
9.3. Pengolahan Kacang Mete
Urutan pengolahan kacang mete adalah:
a) Pelembaban gelondong mete
b) Penyangraian gelondong mete
c) Pengupasan kulit gelondong mete
d) Pelepasan kulit ari
e) Sortasi dan pengelasan mutu
f) Pengemasan
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
------

10.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Jambu mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnya meningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga lebih dari 20 tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga kelestarian tanah dan air, setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5 kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,- (tahun 1988)
11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup
Mutu kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna. Selain itu juga faktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu kacang mete, terutama dalam hubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh faktor intrinsik alami, varietas tanaman dan faktor ekstrinsik seperti tumbuhnya jamur pada kacang dan proses pengolahannya.
11.2. Diskripsi
Biji Mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji dari buah tanaman jambu mete yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang mete di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2906-1992.
11.3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis/kelas mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapun
standar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:
a) Kulit ari
b) Biji terkena CNSL
c) Serangga
c) Biji berulat
d) Biji busuk
e) Biji bercendawan/jamur
f) Benda-benda asing
g) Warna (Kelas I: ke-putih-putihan)
h) Bobot maksimum dalam gram/biji: I = 5 gram/biji; II = 5 gram/biji; III = 10 gram/biji.
h) Kadar air dalam maksimum %: I = 16%; II = 15% ; III = 15%.
i) Keutuhan biji mete ( utuh, belah, pecah, tidak termasuk biji utuh)
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/karton dengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap peti/karton diambil contoh kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 1000 gram Contoh kemudian disegel dan diberi label.
11.5
Pengemasan
Pengemasan tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanya mempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh karena itu hanya produk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk yang ada dalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan infeksi bagi produk yang masih sehat. Akibatnya produk tidak akan laku di pasaran.

Kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida. Kaleng kemasan yang digunakan sama dengan kaleng minyak tanah atau minyak goreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih, kering, kedap udara dan tidak bocor, serta harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.

Bagian luar peti/karton pembungkus ditulis dengan cat yang tidak mudah luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang.
c) Nama perusahaan/eksportir.
d) Jenis mutu.
e) Nomor kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Negara/tempat tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA

1. Liptan (1988). Jambu Mete Sebagai tanaman penghijauan. Balai Informasi Pertanian Banjarbaru.
2. Liptan. (1990). Budidaya Jambu Mete. Lembar Informasi Pertanian. Proyek Informasi Pertanian Kalimantan Tengah. 2 hal.
3. Saragih, Yan Pieter; Haryadi, Yadi. (1994). METE. Budidaya Jambu Mete. Pengupasan Gelondong. Bogor, Penebar Swadaya. 86 halaman

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

budidaya kacang tanah

Budidaya Pertanian
<< Kembali

BUDIDAYA KACANG TANAH
( Arachis hypogeae L.)

BUDIDAYA KACANG TANAH
1. SEJARAH SINGKAT
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Pemasukan ke Indonesia pertama- tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir.
2. JENIS TANAMAN
Jenis tanaman yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe yaitu :

1. Tipe tegak.
Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek ( genjah ) dan kemasakan buahnya serempak.
2. Tipe menjalar.
Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur panjang.

3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati , minyak dan lain-lain.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra penanaman/produksi Kacang tanah di Indonesia meliputi Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.l. Yogyakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
5. SYARAT TUMBUH

a. Iklim
Di Indonesia, tanaman Kacang Tanah cocok ditanam didataran rendah yang berketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut. lklim yang dibutuhkan tanaman Kacang Tanah adalah bersuhu tinggi antara 25°C - 32°C, sedikit lembab ( rH 65 % - 75 % ), curah hujan 800 mm -1300 mm per tahun, tempat terbuka.
b. Media Tanam / Tanah
Tanaman Kacang Tanah membutuhkan tanah yang berstruktur ringan, seperti tanah regosol, andosol, latosol dan alluvial.
Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan sawah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan kering tadah hujan. Hal yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan lahan adalah :

-


Tanah cukup subur, gembur serta bertekstur ringan.
- Tanah berdrainase dan beraerasi baik.
- PH antara 6,0 -6,5.
6. PEDOMAN BUDIDAYA

a. Benih

1. Benih berasal dari tanaman sehat, bebas hama dan penyakit, kualitas bijinya baik dan mempunyai kemurnian tinggi sehingga dapat berkecambah cepat dan merata.
2. Dipanen tepat pada waktunya ( sudah cukup tua ) , polong tidak pecah, pengolahan basil dan pengupasan benih dilakukan dengan baik.
3. Mempunyai hasil tinggi dan berumur genjah.

b. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan alat cangkul, luku atau traktor sedalam 20- 30 cm.
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah agar pertumbuhan akar dan pengisapan zat hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan baik.

c. Penanaman

1. Waktu tanam
Waktu tanam yang paling baik dilahan tegalan ( kering ) adalah pada awal musim hujan ( Oktober - Nopember ). Di lahan sawah penanaman dapat dilakukan pada bulan April -Juni ( Palawija I ) atau bulan Juli -September) Palawija II ).
2. Cara tanam
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan 2 butir benih perlubang dan jarak tanam 40 cm x 10 cm. Kemudian lubang tanam ditutup tanah secara tipis.

d. Pemeliharaan Tanaman

1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCI dengan dosis 60-90 kg Urea, 60-90 kg SP36 dan 50 kg KCI. Per hektar.
Pemupukan dilakukan dengan memasukkan pupuk kedalam lubang tugal disisi kiri kanan lubang tanam atau disebar merata kedalam larikan.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas lubang tanam terdahulu. Tujuan dari penyulaman ini adalah untuk mempertahankan populasi.
3. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 40 bari setelah tanam. Pada penyiangan kedua ini juga dilakukan pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian ditimbun didekat pangkal batang tanaman. Pembumbunan bertujuan memudahkan bakal buah menembus permukaan tanah sehingga pertumbuhannya optimal.
4. Pengairan
Tanaman kacang tanah tidak menghendaki air yang menggenang. Fase kritis untuk tanaman Kacang Tanah adalah rase perkecambahan, rase pertumbUhan dan rase pengisian polong. Waktu pengairan yang baik adalah pagi atau sore hari dengan cara dileb hingga tanah cukup basah.

e. Hama dan Penyakit Kacang Tanah
1) Penyakit Layu.
Penyakit Layu disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Solanacearum. Pada siang hari waktu sinar matahari terik tanaman sekonyong-konyong terkulai seperti disimm air panas, tanaman langsung mati. Cara pengendalian dengan pergiliran tanaman.
2) Penyakit Bercak Daun
Penyakit Bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora personata. Bercak yang ditimbulkan pada daun sebelah atas coklat sedangkan sebelah bawah daun hitam. Ditengah bercak daun kadang-kadang terdapat bintik hitam dari Conidiospora. Cendawan ini timbul pada tanaman umur 40 -50 hari hingga 70 hari. Cendawan ini dapat dikendalikan dengan Anthmcol atau Daconil.
3) Penyakit Selerotium.
Penyakit ini disebabkan oleh Selerotium rolfsii, merusak tanaman pada waktu cuaca lembab. Cendawan menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang lunak, menimbulkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang terserang akan layu dan mati.
Pengendalian : dengan memperbaiki pengairan, agar air pengairan dapat mengalir.
4) Penyakit Karat.
Penyakit ini disebabkan oleh Uromyces arachidae, menyerang tanaman yang masih muda menyebabkan daun berbintik-bintik coklat daun menjadi mongering. Pengendaliannya dengan menanam varitas yang tahan.
5) Hama Empoasca.
Hama yang penting bagi tanaman kacang tanah adalah hama Empoasca. Hama ini tidak terlalu merugikan bagi tanaman kacang tanah. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan Azodrin, Karphos atau lnsektisida yang tersedia.
7. P A N E N
Penentuan saat panen yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan produk Kacang Tanah. Pedoman umum yang digunakan sebagai kriteria penentuan saat panen Kacang Tanah adalah sebagai berikut :
- Sebagian besar daun menguning dan gugur ( rontok ).
- Tanaman berumur 85 -110 hari tergantung,Varietasnya. -Sebagian besar polongnya ( 80 % ) telah tua. "
- Kulit polong cukup keras dan berwarna cokelat kehitam-hitaman.
- Kulit biji tipis dan mengkilap.
- Rongga polong telah berisi penuh dengan biji.
Panen dilakukan dengan mencabut batang tanaman secara hati-hati agar polongnya tidak tertinggal dalam tanah.
9. PASCA PANEN
Kegiatan pokok pasca panen Kacang Tanah adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipanen brangkasan Kacang Tanah dipotong lebih kurang 10 cm kemudian dibersihkan.
b. Pemipilan
Pipil polong Kacang Tanah dari batangnya dengan tangan.
c. Pengeringan
Tebarkan polong Kacang Tanah di atas anyaman bambu atau tabir sambil dijemur dibawah terik matahari sampai kering (Kadar air 9% - 12%).
d. Penyimpanan.
1) Penyimpanan dalam bentuk polong kering
Masukkan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat, lalu simpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.
2) Penyimpanan dalam bentuk biji kering
Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur biji kacang tanah hingga berkadar air 9% lalu masukkan ke dalam wadah tertutup untuk disimpan atau dijual.



Sumber :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713
Telp. 0274-367541

budidaya padi

Budidaya Pertanian
<< Kembali

BUDIDAYA PADI

Padi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG


Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.

Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.
B. SEJARAH TANAMAN PADI


Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
C. ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA


Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
D. SYARAT TUMBUH


Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
BAB II
BERCOCOK TANAM PADI

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
PADI SAWAH
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c.

Pengolahan tanah calon persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog

Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
- Selanjutnya tanah digaru

Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjag
- Lebar bedengan : 100 -150 cm
- Tinggi bedengan : 20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
¬ Penyiangan
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.

Persemaian Basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.

Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
- Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
- Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah
d. Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang
- Agar terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis

Lama perendaman benih
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )

Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
- Benih tersebar rata
- Kerapatan benih harus sama
e. Pemeliharaan persemaian
1) Pengairan

Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Bedengan digenangi air selama 24 jam
- Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa disebar

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar:
0 Benih yang disebar dapat merata daD mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
- Benih tidak busuk akibat genagan air
- Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
- Benih mendapat sinar matahari secara langsung

Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
2) Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.


2.

PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan
a. Pembersihan
- Selokan-selokan perlu dibersihkan
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b. Pencangkulan
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak
c. Membajak
- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk.
- Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah
d. Menggaru
- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
- Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
- Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan
- Permukaan tanah menjadi rata
- Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan terbenam
- Penanaman menjadi mudah
- Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam
3.

PENANAMAN

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman
a. Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
b. Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c. Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1. Memindahkan bibit
2. Menanam
1) Memindahkan bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
- Bibit telah berumur 17 -25 hari
- Bibit berdaun 5 -7 helai
- Batang bagian bawah besar, dan kuat
- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
- Bibit tidak terserang hama dan penyakit
Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
2)

Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sistim larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
a) Sistim larikan ( cara tanam )
- Akan kelihatan rapi
- Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
- Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat
- Dan perlakuan-perlakuan lainnya
- Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah
b) Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :
- .Jenis tanaman
- Kesuburan tanah
- Ketinggian tempat / musim

- Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.
- Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.
- Ketinggian tempat.
Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
c) Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :
- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
- Hubungan tanaman empat persegi panjang.
- Hubungan tanaman 2 baris.
d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang
e) Kedalaman penanaman bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.
f) Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
4.

PEMELIHARAAN

Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan
a. Penyulaman dan penyiangan.
Yang harns diperhatikan dalam penyulaman :
- Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.
- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan.
b. Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan :
- Pengairan secara terns menerus
- Pengairan secara piriodik
c.

Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :
- Pupuk alam ( organik )
- Pupuk buatan ( an organik )

Dosis pupuk yang digunakan :
- Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
- Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
- Pupuk KCI 50 -100 kg / ha
- Atau disesuaikan dengan analisa tanah

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Budidaya Pertanian

BUDIDAYA TANAMAN
JAGUNG

Jagung

BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.

Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.

Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.

B. SYARAT TUMBUH

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C.

Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.

BAB II. BERCOCOK TANAM
A. BENIH
  1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat berkecambahnya 85 %.
  2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh Pemerintah, belilah benih dari perusahaan benih.
  3. Benih harns dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
  4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.
  5. Hindari terjadinya kecambah yangjelek, serangan serangga, penyakit, burung dan hewan pengerat.
B. JARAK TANAM
  1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm
  2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
  3. Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.
C. PELAKSANAAN PENANAMAN
1. Persiapan Lahan
  1. Pemberian pupuk alami dan kompos pada lahan
  2. Buat bedengan rendah dengan jarak antar bedeng 75 cm
2. Waktu tanam dan kedalaman tanam
  1. Waktu tanam pada saat musim hujan tiba
  2. Masukan 1 benih pada tiap lubang
  3. Kedalaman tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu. Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat berkecambah dengan baik, setelah benih ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada tanah berpasir dari 'padatanah berlempung
  4. Tentukan lubang untuk pupuk dasar dengan menggunakan cangkir pupuk setelah benih ditaburkan. Pada kondisi suhu udara 24 -34 °C dan tanah berkelembaban ideal, maka benih jagung akan dapat berkecambah 4 -5 hari setelah ditaburkan.
D. PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN
  1. Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20 ton / ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha, KCI 50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
  2. Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan pembumbunan pada barisan tanaman jagung.

Sumber :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713
Telp. 0274-367541

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

Budidaya Pertanian


PROSPEK AGRIBISNIS BAWANG MERAH
KABUPATEN BANTUL

Bawang Merah

PENDAHULUAN

Prospek agribisnis bawang merah cukup cerah. Penggunaan bawang merah oleh masyarakat cenderung, baik karena pertambahan penduduk maupun penggunaan perkapita. Dewasa ini makin banyak konsumsi makanan siap saji di tengah masyarakat (nasi goreng, sate, tongseng dan lain-lain) yang memerlukan bawang merah. Disamping produk makanan awetan yang juga menggunakan bawang merah goreng.

Berdasarkan sutuasi distribusi bawang merah nampak pula agribisnis bawang merah masih memiliki ruang gerak yang lebar. Bawang merah produksi saat ini belum mencukupi untuk kebutuhan domestic/dalam negeri.

Dapat disaksikan di kota Brebes, daerah yang menghasilkan 30 % dari total produksi nasional (dengan areal panen 18.000 ha/th) ternyata di kota tersebut terdapat importir bawang merah. Menurut pengakuan importir tersebut bawang merah yang diimpor dari ( Philipina, Thailand, dan lain-lain) ternyata dipasaran Brebes baik untuk benih maupun konsumsi.

Di Kabupaten Bantul, sentral produksi bawang merah terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, Srandakan. Dan sekarang berkembang di Kecamatan Pandak, Pundong, Imogiri dan Bantul.

Salah satu jenis/varietas yang ditanam di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Bantul adalah varietas local tiron. Jenis bawang merah yang berasal kabupaten Bantul ini ditemukan oleh petani yang bernama Pawiro Tiron, oleh karena itu diberi nama Bawang Merah Tiron.
Bawang merah tiron memiliki beberapa keunggulan antara lain :

- Mampu membentuk anakan yang cukup banyak
- Berumur genjah
- Potensi hasil cukup tinggi
- Dapat dikembangkan pada lahan berpasir dan lahan sawah berpengairan
- Cocok ditanam pada ketinggian 0 -100 dpl
- Tahan ditanam pada musim penghujan
- Tahan terhadap penyakit busuk umbi

Bawang merah tiron ini merupakan varietan bawang merah local DIY yang sudah dirilis oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul kawasan Bantul Selatan, karena memberikan pendapatan yang tinggi pada petani.

Prospek bawang merah tiron ini cukup baik, karena produksi per hektar per tahun cukup tinggi ± 13 ton/Ha/Tahun, dan tahan terhadap hujan, karena bisa ditanam di luar musim (off season), sehingga bawang merah tiron ini bisa sepanjang musim Disamping itu pasar juga bisa menerima dengan harga yang baik.

Komoditas bawang merah Tiron Bantul merupakan unggulan bawang merah yang mampu dan dapat dikembangakan pada lahan pasir dan lahan sawah berpengairan, oleh karena itu potensi ini dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga berdaya guna bagi peningkatan kesejahteraan petani Pada umumnya usaha tani masih beragam dan diperlukan intruduksi teknologi varietas maupun teknologi budidaya.

Hasil kajian menunjukkan bahwa bawang merah Tiron Bantul menunjukkan beberapa teknologi budidaya yang sesuai dengan lahan pasir cukup baik memberikan hasil Bawang merah Tiron Bantul dapat dikembangkan pada daerah-daerah type iklim D menurut Smidt 7 Ferguson (Sumber data, stasiun pengamatan BPP Sanden, Bantul)

CARA BUDIDAYA

Secara umum teknis budidaya bawang merah di lahan pasir tidak jauh berbeda dengan budidaya di lahan sawah, hanya beberapa komponen teknologi yang disesuaikan, antara lain pemakaian mulsa, jarak tanam, dosis pupuk, frekuensi penyiraman.

Tahapan kegiatan dalam budidaya adalah persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pemeliharaan.

  1. Persiapan Lahan
    - Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 80-100 Cm, dengan cara menggali lahan sedalam 15 Cm, bedengan menyesuaikanttergantung luas lahan
    - Jarak antar bedengan 45 cm (sebagai jalan)
    - Taburkan secara meratan pupuk organic 10 ton/ha (fine compos) dan 40 ton/ha ( pupuk kandang), tambahkan pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg/ha sebagai pupuk dasar
  2. Penanaman
    - Siram bedengan dengan air yang bersih sebelum penanaman dimulai
    - Buatlah lubang tanam tjarak tanam 20 X 18 Cm sedalam umbi
    - Benamkan umbi bawang dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit kebawah hingga ujung umbi rata dengan permukaan tanah
    - Tutup bedengan yang telah ditanami dengan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban pada siang hari
    - Penanaman bawang merah di lahan pasir sebaiknya dilakukan pad a musim penghujan.
  3. Pemupukan
    Selain pupuk dasar perlu dilakukam pemupuk susulan
    - Pupuk ZA diberikan 3 kali masing-masing pad a umur 12 hari, 23 hari dan 35 hari setelah tanam dengan dosis 300 Kg/ha.
    - Pupuk KCL deberikan 1 kali pada umur 12 hari setelah tanam dengan dosis 100 Kg/ha
  4. Penyiraman
    Usahakan agar tanah tetap lembab sampai umur 50 hari dengan melakukan penyiraman pagi dan sore secara rutin, air yang dipergunakan untuk penyiraman dengan memperhatikan :
    - Air tidak mengandung racun yang membahayakan pertumbuhan tanaman & tanah.
    - Sumber air tidah berasal dari saluran pembuangan limbah industri yang dapat membahayakan tanaman dan tanah
  5. Pemeliharaan
    Pemeliharaan meliputi : Penyiangan dan pencabutan gulma, pengendalian hama penyakit dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
  6. Panen
    Bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen yaitu pangkal daun mengempis,daun tampak menguning, daun rebah 75 % dan buah mengambang warna merah dan keras. Cara memanen bawang merah dicabut dijajar berbaris selebar bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan 4-6 hari.
  7. Penyimpanan
    Cara penyimpanan bawang merah pada rak-rakan bamboo. Rak-rakan dibuat 4-5 tingkat dengan selang 40 Cm ke atas dan jarak antar rak 70 Cm. Setiap minggu sekali dilakukan pengontrolan dan pengasapan. Gudang mempunyai ventilasi cukup, lantai sebaiknya semen agar kedap air, atap gudang kena sinar matahari langsung.

Sumber :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713
Telp. 0274-367541

PEMBENIHAN BAWANG MERAH

Budidaya Pertanian

PERBENIHAN BAWANG MERAH
( Allium ascalonicum )
Varietas TIRON BANTUL

Varietas TIRON BANTUL

KEGIATAN PENDAMPINGAN DAFEP
TAHUN ANGGARAN 2003

1. PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum), termasuk dalam famili Amaryllidaceae, genus Allium merupakan komoditas hortikultura yang banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi.

Bawang merah varietas Tiron telah banyak dikembangkan di wilayah Kabupaten Bantul.
"Tiron" diambil dari nama seorang petani yang menemukan umbi bibit bawang di pesisir wilayah Kretek Bantul, dan menanam beberapa siung di kaleng bekas, kemudian ditanam di lahan swah dan terus berkembang sampai saat ini.

Bawang Merah Tiron Kabupaten Bantul telah dilepas sebagai varietas unggul dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 498/kpts/TP.240/8/2002 tanggal 21 Agustus 2003.

Besarnya respon petani dalam menanam Bawang Merah Tiron dikarenakan varietas ini memiliki keunggulan :

a.

Produksi cukup tinggi

b.

Umur pendek/genjah (55 hari)

c. Cukup tahan terhadap:
- Penyakit busuk ujung daun (Phytophthora porii)
- Penyakit busuk umbi (Botrytis allii)
d.

Cukup tahan di musim penghujan

e.

Berkembang baik pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut. Di musim kemarau maupun musim penghujan produksi Bawang Merah Tiron Bantul tetang tinggi

f. Ukuran umbi relatif lebih kecil dibanding jenis lainnya sehingga menghemat penggunaan banih per satuan laus
g. Harga jual Bawang Merah Tiron relatif stabil baik untuk konsumsi maupun benih
h. Ketahanan benih untuk musim penghujan cukup tinggi dan dapat dipenuhi dengan varietas Tiron Bantul karena ketahanan terhadap busuk umbi
2. PERBANYAKAN BENIH BAWANG MERAH TIRON
2.1. Pemilihan Lokasi
Lokasi memnuhi syarat untuk budidaya bawang merah untuk benih yaitu :

-

Lahan harus cocok untuk bertanam bawang merah

-

Lahan bebas dari nematode dan penyakit busuk umbi

-

Terisolasi dari tanaman bawang lain, minimal 500m, bila untuk menghasilkan benih berupa biji

-

Melakukan seleksi terhadap pertanaman dengan membuang tanaman yang menyimpang dari bentuk normal, serta membuang tanaman yang terserang hama-hama penyakit

-

Melakukan pemeliharaan yang lebih intensif

2.2. Benih
Kebutuhan benih tiap hektarnya ditentukan oleh jarak tanam dan ukuran benih yang digunakan. Jarak tanam untuk keperluan benih dan populasi tanaman dalam satu area pertanaman dapat dilihat pada tabel berikut :
Jarak Tanam
Kebutuhan benih/ha (ton)
Populasi tanaman
Ukuran Umbi 5 gr
Ukuran Umbi 2,5 gr
(20 x 20) cm
(20 x 15) cm
(15 x 15) cm
(15 x 10) cm
1,4
1,8
2,4
3,6
0,7
0,9
1,2
1,8
250.000
333.000
644.000
666.000

Syarat-syarat benih :

-

Penggunaan benih bermutu merupakan syarat meutlak dalam bdudidaya bawnag merah

- Tanaman yang digunakan untuk benih hendaknya dipanen cukup tua, umur antara 60-80 hari (dataran rendah), 80-100 haru (datran tinggi)
- Telah diseleksi di lapangan
- Umbi untuk benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5-2 cm, bentuk simetris
- Sudah disimpan 2-4 bualan
- Warna umbi untuk benih mengkilap
- Bebas organisme penggangu, sehat, tidak cacat, serta tidak mengandung hama dan penyakit
3. PERSIAPAN LAHAN

-

Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 80-100 cm, dengan cara menggali lahan sedalam 15 cm, panjang bedengan menyesuaikan/tergantung luas lahan

- Jarak antara bedengan 45 cm (sebagai jalan)
- Taburkan secara merata pupuk organik 10 ton/ha (fine compos) dan 40 ton/ha (pupuk kandang), tambahkan pupuk SP-36 sebanak 100 kg/ha sebagai pupuk dasar
4. PENANAMAN

-

Siram bedengan dengan air yang bersih sebelum penanaman dimulai

- Buatlah lubang tanam/jarak tanam (20x15) cm sedalam umbi bawang
- Benamkan umbi bawang dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke bawah hingga ujung umbi rata dengan permukaan tanah
- Tutup bedengan yang telah ditanami dengan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban pada siang hari
- Pananaman bawang merah di lahan pasir sebaiknya dilakukan pada musim hujan
5. PEMUPUKAN
Selain pupuk dasar perlu dilakukan pemupukan susulan :

-

Pupuk ZA diberikan 3 kali masing-masing pada umur 12 hari, 23 hari dan 35 hari setelah tanam dengan dosis 300 kg/ha

- Pupuk KCl diberikan 1 kali pada umur 12 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg/ha
6. PENYIRAMAN
Usahakan agar tanah tetap lembab sampai umur tanaman 50 hari dengan melakukan penyiraman pagi dan sore secara rutin, air yang digunakan untuk penyiraman dengan memperhatikan :

-

Air tidak mengandung racun yang membahayak pertumbuhan tanaman dan tanah

- Sumber air tidak berasal dari saluran pembuangan limbah industri yang dapat membahayakan tanah dan tanaman
7. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan meliputi : penyiangan dan pencabutan gulma, pengendalian hama penyakit dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
8. SELEKSI
Seleksi dilakukan pada usia tanaman 15 hari. Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan varietas lain dengan cara dicabut.
9. P A N E N
Bawang merah dapat dipanen pada umur 55 hari untuk bawang merah konsumsi dan umur 60-80 hari untuk dijadikan benih. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen yaitu pangkal daun menipis, daun tampak menguning, daun rebah >60% dan buah mengambang warna merah dan keras. Cara memanen, bawang merah dicabut seluruh tanaman secara hati-hati agar tidak ada umbi yang tertinggal.
10. PROSESING BENIH

-

Pengeringan umbi dilakukan dengan dijajar berbaris selebar bedegan dengan umbi bawang ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan selama 4-6 hari

- Proses pengeringan dihentikan aabila umbi sudah terlihat megkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemersik
- Sortasi dilakukan setelah proses pengeringan
- Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan akdar air 80-85%
- Ruang penyimpanan harus bersih, cukup ventilasi dan tidak dicampur dengan komoditas lain, dengan suhu 30-33°C dan kelembaban 55-75%
- Setelah 1-1,5 bulan penyimpanan, dilakukan sortasi terhadap umbi bawang merah yang keropos/busuk
- Diberi fungisida/insektisida, ditaburkan dibagian antara umbi dan ikatan dalam
- Benih bawang merah jika disimpan dengan baik, dapat bertahan hingga 2-4 bulan dalam penyimpanan
11. PROSES SERTIFIKASI

-

Mengajukan permohonan sertifikat ke UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Pro. D.I. Yogyakarta

- Pemerikasaan pendahuluan
- Pemeriksaan tanaman di lapangan
- Pengambilan contoh benih
- Pemasangan label

DISKRIPSI BAWANGMERAH
VARIETAS TIRON

Asal tanaman : Kabupaten BAntul
Umur tanaman : mulai berbunga 45 hari panen 55 hari (daun melemas >60%)
Tinggi tanaman : 37-44 cm
Jumlah anakan : 9-21 umbi
Jumlah daun per umbi : 3-5 helai
Jumlah daun per rumpun : 34-57 helai
Bentuk daum : pipa dengan ujung runcing
Warna daun : hijau keputihan
Panjang daun : 24-42 cm
Diameter daun : 33-35 mm
Bentuk bunga : seperti payung
Warna bunga : putih
Bentuk biji : bulat
Warna biji : abu-abu
Berat umbi basah (penen) : 44-149 gram per rumpun
Potensi hasil : 9-13 tom umbi basah per hektar
Susut bobot umbi : 30%
Ketahanan terhadap OPT : tahan terhadap busuk ujung daun (Phytophyhora porii) agak tahan terhadap busuk umbi (Botrytis allii)
Keterangan : cocok untuk ditanam pada ketinggian 0-100 meter diatas permukaan laut dan lahan berpasir serta dapat dikembangkan pada musim hujan

--|0|--

Sumber :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713
Telp. 0274-367541